DISIPLIN KERJA

on Senin, 31 Januari 2011

DISIPLIN KERJA

PENDAHULUAN

Disiplin sangat penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada, sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan program orientasi kepada tenaga perawat/bidan yang baru pada hari pertama mereka bekerja, karena perawat/bidan tidak dapat diharapkan bekerja dengan baik dan patuh, apabila peraturan/prosedur atau kebijakan yang ada tidak diketahui, tidak jelas, atau tidak dijalankan sebagai mestinya. Selain memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula peraturan/prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui, sebaiknya diinformasikan kepada staf melalui diskusi aktif.
Tindakan disipliner sebaiknya dilakukan, apabila upaya pendidikan yang diberikan telah gagal, karena tidak ada orang yang sempurna. Oleh sebab itu, setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan harus belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan indisipliner sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang bijaksana sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku menurut tingkat pelanggaran dan klasifikasinya.




PENGERTIAN

§ Disiplin berasal dari akar kata “disciple“ yang berarti belajar.
Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik.
§ Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi.

Sanksi indisipliner dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti. Tindakan disipliner hanya dilakukan pada pegawai yang tidak dapat mendisiplinkan diri, menentang/tidak dapat mematuhi praturan/prosedur organisasi. Melemahnya disiplin kerja akan mempengaruhi moral pegawai maupun pelayanan pasen secara langsung, oleh karena itu tindakan koreksi dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus segera diatasi oleh semua komponen yang terlibat dalam organisasi.

Pengembangan Disiplin

Asumsi : Tidak ada orang yang sempurna, oleh sebab itu setiap individu diizinkan untuk melakukan kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut. Tindakan koreksi dilakukan apabila individu tidak dapat mematuhi peraturan sesuai standar minimal atau tidak dapat meningkatkan tujuan organisasi.

PRINSIP-PRINSIP Disiplin

1. Pemimpin mempunyai prilaku positif
Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf.

2. Penelitian yang Cermat
Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami akibatnya. Data dikumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah dilakukan, analisa, dan bila perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya.

3. Kesegeraan
Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahan sesegera mungkin dan harus diatasi dengan cara yang bijaksana. Karena, bila dibiarkan menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan ditegakkan dapat dianggap lemah, tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.

4. Lindungi Kerahasiaan (privacy)
Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang. Kerahasiaan harus tetap dijaga karena mungkin dapat mempengaruhi masa depannya .

5. Fokus pada Masalah.
Pimpinan harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.

6. Peraturan Dijalankan Secara Konsisten
Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap pegawai yang bersalah harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan secara wajar.



7. Fleksibel
Tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang pegawai telah di analisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya, prestasi pekerjaan yang lalu, tingkat kemampuannya dan pengaruhnya terhadap organisasi

8. Mengandung Nasihat
Jelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak dapat diterima. File pegawai yang berisi catatan khusus dapat digunakan sebagai acuan, sehingga mereka dapat memahami kesalahannya.

9. Tindakan Konstruktif
Pimpinan harus yakin bahwa bawahan telah memahami perilakunya bertentangan dengan tujuan organisasi dan jelaskan kembali pentingnya peraturan untuk staf maupun organisasi. Upayakan agar staf dapat merubah perilakunya sehingga tindakan indisipliner tidak terulang lagi.

10. Follow Up (Evaluasi)
Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah perilaku bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.


TUJUAN disiplin

Difokuskan untuk mengoreksi penampilan kerja agar peraturan kerja dapat diberlakukan secara konsisten. Tidak bersifat menghakimi dalam memberlakukan hukuman atas tindakan indisipliner.

http://subektiheru.blogspot.com/2008/03/disiplin-kerja.html

Tips Bekerja dengan Baik

on Senin, 17 Januari 2011

Bekerja Dengan Ikhlas
2 kebahagiaan bagi yang bekerja dengan ikhlas
oleh : Khalid Mustapa

Awal bulan Januari tahun 2007, di ibukota negara Republik Indonesia, didalam sebuah ruangan yang cukup sejuk, dan dikelilingi pernik-pernik eksotis yang menggambarkan keragaman budaya Indonesia, diatas sofa empuk, saya duduk dengan hati yang cukup berdebar…

Di depan saya, pada sofa yang sama, duduk seorang dengan kemeja putih memakai dasi yang menatap saya dengan gaya yang cukup santai.

Sudah cukup lama saya berada di ruang tersebut, membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan tawaran beliau untuk membantu proses pekerjaan yang saat ini telah dan akan dilaksanakan di Biro PKLN.

Tawaran ini merupakan tawaran yang ketiga kalinya dan merupakan sebuah pembicaraan yang lebih serius dibandingkan dengan 2 tawaran sebelumnya.

Setelah beberapa diskusi yang cukup lama dan diselingi dengan cerita-cerita nostalgila, eh, nostalgia, beliau kemudia berkata: “Lid, ada 1 hal yang harus kamu pegang dalam melaksanakan setiap kegiatan di dunia ini..”

“Apa itu pak ?”

“Bekerja dengan ikhlas” Jawab beliau sambil tersenyum…

Dalam hati sih saya mengatakan, “wah, kalau ini semua sudah tahu…” Namun beliau kemudian melanjutkan.

“Orang yang berkerja dengan ikhlas itu akan memperoleh 2 kebahagiaan apabila pekerjaannya menuai hasil yang baik, sedangkan orang yang bekerja dengan pamrih hanya akan memperoleh 1 kebahagiaan apabila pekerjaannya menuai hasil.”

Wah, ini istilah baru lagi nih.

Saya kemudian bertanya kembali, “Kok bisa begitu pak ?”

Dengan cukup santai beliau kemudian menjelaskan, “Orang yang bekerja dengan mengharapkan pamrih akan bekerja sebaik mungkin dengan tujuan mengharapkan sesuatu. Apabila pekerjaannya berhasil, maka dia hanya bahagia apabila yang diharapkan terpenuhi. Itu adalah 1 kebahagiaan.
Namun, apabila pekerjaannya berhasil tapi sesuatu yang diinginkan itu tidak diperoleh atau tidak diberikan, atau imbalan dari pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan yang dia harapkan, maka dalam hatinya tidak akan ada kebahagiaan yang tersisa. Yang dia pikirkan hanyalan kegagalan memperoleh sesuatu yang dia harapkan itu.”

“Terus, bagaimana dengan orang yang bekerja dengan ikhlas ?”

“Nah, orang yang bekerja dengan ikhlas, karena tidak mengharapkan apapun, apabila berkerja dan pekerjaannya menuai hasil, maka akan memperoleh 1 kebahagiaan. Dan apabila sebagai efek dari pekerjaan itu dia memperoleh sesuatu imbalan, maka dia akan memperoleh 2 kebahagiaan. Yaitu kebahagiaan karena pekerjaan berhasil dan kebahagiaan dan rasa syukur karena memperoleh imbalan. Sedangkan apabila dia tidak memperoleh apa-apa, hatinya tetap bahagia, karena sejak awal memang tidak mengharapkan apapun, hasil pekerjaannya tidak akan dirusak dengan penyesalan dan harapan yang tidak terpenuhi.”

Akhirnya saya pun paham dengan maksud ucapan beliau….

Kemudian, dengan serius beliau berkata, “Lid, usahakan dalam berbuat sesuatu, lakukan dengan ikhlas, rejeki tidak akan lari kemana-mana, Tuhan sudah menakdirkan rejeki bagi setiap ummatnya, jadi mari berbuat yang terbaik dalam setiap gerak dan langkah…”

Pesan itulah yang terus menggema dalam diri saya hingga saat ini. Dan berusaha saya amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun amat berat, karena sifat dasar manusia adalah menginginkan sesuatu sebagai konsekwensi nafsu yang tertanam, tapi dengan wejangan seperti ini saya yakin akan bisa menerapkannya.

Terima kasih pak Gatot, diskusi yang cukup singkat pada saat itu, tapi serasa sudah mengikuti kuliah 4 SKS